Rabu, 24 Oktober 2012

(Pemenang Resensi PING) Ping: Kisah Anak Orangutan yang Malang

By: Nurul Fauziah
 
Awalnya tidak begitu ‘ngeh’ dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Orangutan, namun entah kenapa belakangan ini Orangutan menyita pikiranku. Mulai dari terungkapnya rahasia seorang teman baikku yang selama delapan tahun terakhir begitu mengidolakan Orangutan. Ketahuannya pada waktu kita jalan-jalan ke kebun binatang, pada saat di kandang Orangutan, temanku ini seperti ada yang memaku kakinya di depan kandang Orangutan, asli gak bergerak. Setelah puas memandang Orangutan, aku memanggil temanku itu karena kami harus segera pulang. Eh, langkahnya menuju gerbang keluar, berat banget, dan dan setitik demi setitik air hangat mengalir dari matanya, ketika di introgasi ternyata temanku itu menangis terharu setelah delapan tahun tidak bertemu dengan Orangutan. What?! (Read more: http://zee-flp.blogspot.com/2012/09/ini-idolaku-mana-idolamu.html)


Apa istimewanya sih Orangutan sampai mampu membuat perempuan setegar temanku itu menangis haru? Selidik demi selidik, temanku cerita bahwa di matanya Orangutan itu adalah hewan yang berwibawa dan bijaksana, lalu tataplah matanya, Orangutan adalah hewan pemilik mata terpolos di dunia. Menatap mata itu yang membuat temanku menangis haru. Lalu merasakan lembutnya tangan Orangutan. Saking terobsesinya ia dengan Orangutan, sejak duduk di bangku SMA, temanku sampai mengumpulkan aksesoris yang berkaitan dengan Orangutan, mulai dari poster, mengkliping berita tentang Orangutan, sempat mau menjadi sukarelawan untuk Orangutan, namun terkendala dibiaya anggota yang cukup mahal buat ukuran kantong anak sekolah waktu itu.
            Yah, itu sekelumit tentang cerita temanku yang tergila-gila pada Orangutan, sekarang giliranku yang penasaran dengan kehidupan Orangutan. Penasaranku terobati dengan membaca sebuah novel yang bertema lingkungan hidup dengan isu penyelamatan satwa langka
            Jarang banget novel yang mengangkat tema lingkungan hidup, padahal salahsatu sumbangsih kita dalam mendukung gerakan yang positif menyelamatkan lingkungan hidup, adalah dengan menulis. Untuk ukuran penulis mancanegara, Dr. Seuss misalnya, penulis kisah Lorax, makhluk imut berbulu yang punya tugas menjaga hutan, dan Maret 2012 difilmkan. Sedangkan versi Indonesia ada duet maut antara Riawani Elyta dan Shabrina W.S. dengan  Ping! A Message from Borneo.


Indonesia, Negara subur yang orang bijak bilang, tongkat saja bisa tumbuh begitu dilemparkan. Apakah kebanggaan itu masih terasa membekas dibenak penduduknya yang lebih dari 200juta?
            Nasib hutan di Indonesia, jika dikonversikan, dalam satu menit, luas hutan yang hancur setara dengan luas enam lapangan bola. Bisa dibayangkan segala keanekaragaman hayati Indonesia yang sedang dalam ancaman kepunahan akibat hutan yang hancur tiap menitnya, termasuk kehidupan Orangutan.        
            Kisah Ping, mencoba membuka mata pembaca betapa sedihnya menjadi Orangutan yang hidup di Hutan Indonesia. Awal cerita, pembaca disuguhkan penulis untuk masuk ke dalam suasana hati si Ping, anak Orangutan yang ‘luka’. Dan kisah pun berlanjut pada seorang mahasiswi bernama Molly yang tergila-gila pada dunia satwa langka, suatu hari ia dapat telepon dari Nick, kenalannya saat ia mengunjungi LSM Gerakan Penyelamatan Satwa Langka (GPSL). Nick adalah mahasiswa program Wildlife Conservation di University of Chester yang mengambil riset untuk skripsinya tentang satwa langka di Indonesia. Nick mengabarkan Molly bahwa ia akan ke BOS (Borneo Orangutan Survival) di Samboja, Kalimantan Timur. Kontan saja Molly girang bukan main dan ia langsung mengiyakan tawaran Nick. Petualangan Molly di Borneo pun dimulai.


Dalam petualangannya, Molly tidak berdua saja dengan Nick, selain Andy adik perempuan Nick yang menemani petualangan Molly, maka ada Archie, sahabatnya waktu SMA, tiba-tiba muncul dan menawarkan menjadi guide selama Molly di Kalimantan. Awalnya Molly respect dengan Archie yang kini berbeda, makin ganteng, namun Molly mulai illfeel dengan sikap Archie yang malah menunjukkan ketidaksukaan terhadap kegemaran Molly pada keselamatan satwa. Liburan Molly sepertinya akan terancam tidak menyenangkan akibat sikap Archie, belum lagi Archie yang sama sekali tidak ramah pada Nick dan tidak punya perikehewanan terhadap nasib Orangutan yang bisa jadi karena efek usaha kebun sawit ayahnyalah, dan Archie menganggap masalah Orangutan bukan sesuatu yang penting.
            Ya, Ping! A Message from Borneo, lebih dari sekadar kisah yang mencoba mengirimkan pesan ke pembaca bahwa ‘ini loh nasib Orangutan’, tapi pembaca diajak menelusuri ke kedalaman perasaan dan jiwa Orangutan, dalam hal kisah ini, Ping mengenjewantahkan anak Orangutan yang malang.
Tadinya, Ping hidup bahagia dengan ibu kandungnya, namun ketika Ping dan ibunya sedang asyik masyuk di atas pohon, seorang pemburu liar menembak induknya dan mati. Ping diselamatkan oleh induk Orangutan lainnya. Induk barunya ini punya anak bernama Jong, jadilah Ping dan Jong sahabat baik, mereka diajarkan buat sarang oleh ibunya Jong, diajarkan mencari makan, melompat dari satu dahan ke dahan lainnya, sampai suatu hari ada anjing mengonggong masuk hutan. Ping ketakutan, lompat setinggi-tingginya ke pohon tempat ia berada. Ia terpisah dari Jong dan induk barunya.
           Berhari-hari Ping terlunta, tak selera makan tapi harus makan, buat sarang sendiri apa adanya. Berapa hari kemudian Ping melihat seonggok tubuh Orangutan besar terlungkup di tanah. Ping yakin itu induknya tapi setelah Ping mendekat, tubuh itu kaku tak ada tanda-tanda kehidupan. Ping sedih. Tak berapa lama ada benda bergerak, seperti jala dan seketika memerangkap dirinya. Ping terjebak. Bagaimana kisah Ping selanjutnya? Siapa sebenarnya Karro?
            Kisah dipaparkan secara bergantian setiap babnya, awal bab, Ping yang berkisah pada bab berikutnya Molly yang berkisah begitu seterusnya sampai pada Epilog semua kisah ini terjawab dengan ending sederhana namun tak tertebak. Kalau saya bilang ending Ping: A Message from Borneo adalah novel dalam novel atau kata tagline sebuah iklan minuman, jeruk makan jeruk.

Bukan Pesan Biasa
           Ping! A Message from Borneo, adalah novel terbitan Bentang Belia dan bergenre remaja. Novel ini dinobatkan sebagai juara I dalam Lomba 30 hari 30 Buku Bentang Belia dan uniknya lagi novel bertemakan lingkungan hidup ini ditulis oleh dua penulis kece yang tidak pernah bertemu secara fisik, dan bekerjasama menyelesaikan novel melalu media Facebook dan surel.
            Riawani Elyta, penulis yang sudah tidak diragukan lagi kepiawaiannya menulis fiksi terbukti dari deretan juara menulis yang ia peroleh dan Shabrina W.S penulis dengan spesialisasi menulis fiksi fabel. Duet maut penulis dahsyat ini menghasilkan Ping: A Message from Borneo. Pembaca cerdas tentu bisa membedakan mana part Riawani mana part Shabrina.
           Riawani kental dengan kekuatan pendalaman karakter tokoh-tokohnya yakni Nick, seorang mahasiswa asing, yang meneliti satwa langka di hutan Kalimantan untuk riset skripsinya, Andy, adik perempuan Nick yang begitu berambisi menjadi orangtua asuh Orangutan, Molly, gadis pecinta satwa yang juga penulis, serta Archie, pewaris tunggal dari usaha kebun sawit ayahnya yang berhektar-hektar di Kalimantan, ganteng tapi sedikit angkuh.
           Dalam hal ini, karakter Molly, cukup warna warni, pas banget dijadikan karakter utama selain tokoh fabel Ping yang sama-sama mendominasi kisah ini. Molly selain cinta satwa langka, ia adalah gadis yatim. Ayahnya seorang penulis yang gagal membawa keluarga mereka hidup layak dari penghasilan sebagai penulis. Pada halaman 9,  ada dialog mama Molly ‘Terlalu panjang jalan harus ditempuh seorang sastrawan sebelum akhirnya memiliki kehidupan yang layak dan dihormati. Dan, Mama enggak mau kamu duluan terlunta-lunta sebelum masa itu datang’. Tadinya sih saya mau protes ke Mbak Ria, bahwa penulis sekarang tidak sesedih itu keadaannya, namun saya pikir ulang bahwa, mungkin Mbak Ria ingin menyampaikan kepada pihak-pihak yang concern kedunia pendidikan dan perbukuan Indonesia agar lebih memperhatikan nasib para penulis Indonesia. (Hehehe, sok tahu saya :D)
          Karakter Molly juga oleh Mbak Ria, dideskripsikan sebagai karakter remaja masa kini yang cerdas, intelektual, namun tidak kebablasan pergaulan. Hal ini dikisahkan Mbak Ria pada adegan Archie yang mengajak Molly buat inap di rumah milik Archie selama ia di Kalimantan, namun Molly menolak ‘siapa yang bisa jamin kalau Archie justru menyuruh semua pembantunya pulang saat aku menginap?’ (hal.13). Selain itu ada adegan Archie capai puncak kekesalan karena Molly menolak diajak jalan-jalan karena Molly lebih pilih untuk agenda memberi susu pada anak Orangutan. Archie berniat ‘nembak’ Molly, Molly kaget dan disinilah kepiawaian Mbak Ria dalam menyelipkan pesan ‘Say No to Pacaran’ sehalus mungkin pada novel ringan ini. Two thumbs up, Mbak!
          Itu dari sisi Mbak Ria dengan empat karakter andalannya. Lalu, bagaimana dengan kebolehan Mbak Brien sapaan akrab Mbak Shabrina W.S. dengan pendalaman karakter Ping. Sebelumnya, saluuuttt buat Mbak Brien, eksplorasi jiwa dan perasaan Orangutan pada karakter Ping membuat saya selaku pembaca secara tak sadar menjadi Orangutan juga HAHAHA. Mbak Brien, begitu total dan detil terhadap karakter Ping atau Orangutan. Saya secara tidak langsung, saya jadi tahu segala hal tentang Orangutan, bahwa 95% DNA Orangutan sama dengan DNA manusia, sehingga Orangutan bisa bertengkar, usil, menyuap nasi dengan tangan, membelah buah kelapa dan mencuci baju! (hal.56). Saya juga jadi tahu, induk Orangutan paling pintar buat sarang dan mereka membuat sarang untuk sekali pakai. Orang utan juga punya kondisi psikis mirip manusia, sehingga Orangutan bisa alami kesedihan, stress dan trauma.
           Ya, karena misi yang diusung dalam novel ini cukup berat dan serius yakni: menyelamatkan Orangutan, maka penggarapannya pun gila-gilaan. Mbak Brien sampai mesti menatap poto Orangutan, mencoba menempatkan diri menjadi Orangutan, dengan cara ke kebun binatang, mengobservasinya, poto bareng Orangutan, menggendong anak Orangutan. Sedangkan untuk habitat Orangutan sendiri, Mbak Brien sampai membuat puzzle peta hutan Kalimantan, pelajari rute-rutenya sehingga dalam tulisannya yang mengisahkan behind the scene Ping! A Message from Borneo, ‘…Maka,  berhari-hari saya serasa di Kaltim deh’.

SekePING tentang Orangutan
          Ada apa dengan Orangutan?  Kenapa jadi sepenting ini?
         Orangutan adalah satu-satunya kera besar yang ada di Asia dan hanya bisa ditemukan di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Dan Orangutan spesies Pongo Pygmaeus hidup di Kalimantan dan spesies Pongo Abelii di Sumatera. 
Berita terbaru tentang Orangutan terjadi pada akhir Agustus silam. Masih segar dalam ingatan tentang pemberitaan Orangutan yang terbakar. Minggu (26/08) warga berusaha mengusir si Orangutan dengan membakar pohon kelapa tempat ia bersarang.  Peristiwa itu terjadi di Desa Wajok Hilir, Pontianak, Kalimantan Barat.
          Itu masih satu berita, belum lagi berita lain yang masih mungkin ditutupi para penguasa. Berita pembantaian Orangutan demi meluruskan urusan memperluas kebun sawit dengan cara meracuni Orangutan dengan menebar pisang beracun, mengubur Orangutan hidup-hidup, dibakar, dibacok, belum lagi penjualan illegal anak Orangutan ke mancanegara, penjualan daging Orangutan. Kejam dan sadis.
           Menurut Jamartin Sihite, Presiden Direktur Restorasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI), Orangutan adalah umbrella species, makhluk yang hidup di atas pohon yang mempengaruhi kehidupan di bawahnya.
           Sesuai dengan namanya Orangutan, hewan ini adalah penjaga hutan sejati, setiap Orangutan butuh areal 100-150 Ha. Hewan pemakan buah dan biji-bijian ini, saat makan mereka biasanya melempar biji-bijian dan hal tersebut efektif untuk regenerasi hutan.
Sore harinya, Orangutan membuat sarang dari dahan-dahan pohon yang mereka peroleh dengan memetik dahan yang ada, saat kegiatan ini berlangsung tentu melompat dari satu pohon ke pohon lain cukup membantu membuka lebatnya kanopi daun-daun pohon dan memudahkan sinar matahari masuk ke tanaman paling bawah dan berfungsi dalam proses fotosintesis.
           Indonesia belum ada data pasti tentang populasi Orangutan, justru data yang ada malah diperoleh dari lembaga nonpemerintah seperti dari Lembaga Swadaya Masyarakat dan NGO. Selain itu, Orangutan adalah hewan yang paling dilindungi di Indonesia, tapi (lagi-lagi) justru malah satwa langka ini dapat perhatian dan simpati lebih dari  dunia internasional. Ironis.
            Mari sama-sama mengkampanyekan misi menyelamatkan Orangutan dengan cara aktif di LSM tentang lingkungan hidup, menjadi Sahabat Orangutan di komunitas WWF dan di komunitas lain yang sama-sama menyuarakan penyelamatan Orangutan, melihat penangkaran Orangutan live di BOS, menulis artikel tentang Orangutan, atau menjadi orangtua asuh dan tindakan kecil lainnya yang berefek luas dan jangka panjang.


Kita memang tidak tinggal di masa lalu, tapi ada harta terindah yang kita bawa dari sana, yang bisa kita ceritakan berulang-ulang sepanjang ruas jalan kita’.
           Ah, gak kebayang jika di masa depan, hanya mampu memandang Orangutan dari kerangka tulang kaku, dan dari poto-poto tak bernyawa. Mata polos itu…
            Jadi ingin menggendong anak Orangutan atau malah mengadopsinya :D
            Ping! A Message from Borneo sebuah novel yang high recommended buat remaja dan dewasa, dengan gaya penceritaan yang ringan, alur yang mengalir, mengajak remaja untuk lebih peduli pada lingkungan, dan kisah Molly yang juga penulis, bisa memotivasi penulis remaja untuk tetap semangat menulis, overall, hampir tak ada celah. Celahnya, mungkin pada judul, penasaran kenapa judulnya mesti bahasa Inggris, apa karena tuntutan misi, bahwa novel ini harus dibaca masyarakat dunia untuk mengabarkan pesan Ping? atau biar bermakna universal?  Apapun itu, this is a must read novel. Happy Reading all ! 

Yang lebih lengkap ada di sini nih :)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

sy terharu stlh membaca blog mbak dan crita ttg tman mbk.
trima kasih skrg sy tau novel ttg cerita kelabu di balik surga hutan borneo